Aku Gadis Belia 12 Tahun

Waktu itu adalah libur semester, semua teman-temanku di rumah kontrakanku sudah pulang kampung, kecuali aku. Aku tidak pualng kampung karena pengurus lembaga kemahasiswaan sedang sibuk mempersiapkan kegiatan Opspek untuk mahasiswa baru. Aku sebenarnya lebih sering berada di kampus daripada di kontrakan. Aku pulang ke kontrakan paling-paling hanya untuk mandi atau mencuci pakaian kotor.

Saat itu aku berada di kontrakan sendirian. Sepi juga sih sebenarnya, tetapi karena pakaian kotor sudah menumpuk, mau tidak mau aku balik ke kontrakan dan mencuci pakaian. Karena kontrakan sedang sepi, aku sesukaku melepaskan pakaian dan berjalan telanjang dari kamar hingga ke kamar
mandi.

Sekonyong-konyong aku mendengar ada orang di luar. Karena penasaran, maka ku tengok dari balik kaca jendela di ruang depan. Ku lihat ada seorang gadis kecil berusia belasan sedang duduk di pelataran rumah sambil menggendong adiknya yang mungkin masih berusia 3 atau 4 tahun. Aku jadi penasaran, siapa sebenarnya dua anak dengan pakaian agak lusuh ini. Karena itu, ku ambil handuk dan ku ikatkan di pinggang sekedar menutup bagian kemaluan, lalu aku keluar dan ku coba menyapa anak itu:

“De! nyari siapa ya?”

“Maaf, Ka! saya numpang istirahat di sini…”

“Oh ya silahkan! Ade mau kemana?”

“Saya mau ke muka gang…!”

“Rumah Ade di muka gang, ya?”

“Bukan, Ka! Saya mau nyari makanan, siapa tahu di warung depan, ada yang mau memberikan sedikit makanan untuk kami…”

“Ade belum makan, ya?”

“Iya, Ka! sudah seharian kami belum dapat makanan..”

“Rumah Ade di mana?”

“Saya tidak punya rumah.”

“Jadi, tinggal di mana?”

“Biasanya kalau malam, tidur di pelataran toko atau bernaung di bawah jembatan.”

“Orang tua Ade di mana?”

“Mama juga ngemis di perempatan!”

‘Bapak?”

“Bapak udah meninggal…”

Setelah percakapan kecil itu, aku sadar bahwa gadis ini adalah seorang pengemis. Ia membawa adiknya, karena Ibunya juga mengemis di perempatan. Ia mungkin sebenarnya hanya bertugas menjaga adiknya yang masih bayi, tetapi karena orang tuanya tidak dapat uang, maka mau tidak mau dia juga harus mengemis, meski tujuannya hanya untuk sesuap nasi pengisi perut untuk sesaat.

Mendengar cerita anak ini, aku teringat dengan nasi bungkus yang ku beli dari kampus untuk ku makan di rumah. Ku pikir biarlah nasi itu untuk mereka, nanti aku bisa membelinya lagi setelah aku selesai dengan pekerjaanku, mandi dan mencuci pakaian.

“Ade! Kaka punya sedikit makanan, Ade mau…?”

“Beneran, Ka? Saya mau sekali…!”

Akhirnya ku suruh mereka masuk ke ruang tamu, dan ku suguhkan sebungkus nasi yang tadi ku beli dari warung di dekat kampus. Ku lihat dia begitu menikmati setiap suap yang masuk ke mulutnya. Dengan bergantian, dia juga menyuapi adiknya. Aku begitu bahagia melihat gadis kecil itu menikmati sebungkus nasi yang ku berikan, tetapi entah atas dasar apa, burung di dalam handukku bergerak, berdenyut, dan mengeras.

Setan mulai membisikkan beberapa kalimat ke pikiranku, “suasana kontakan sedang sepi”, dan “gadis kecil ini pasti memiliki sangkar untuk burungku”…. :evil:  :twisted: Sebelum pikiranku menyadari, burungku telah lebih dulu mengajakku untuk mengikuti bisikan tersebut, yang akhirnya membuatku mengikut saja pada ajakan tersebut.

“De! Kaka akan berikan uang dan makanan lagi, jika Ade mau…”

“Mau, Ka!”

“Tapi ada syaratnya….!”

“Syaratnya apa, Ka?”

“Hmmm…. Syaratnya tidak sulit! Ade cukup lepas pakaian lalu tidur dengan Kakak…”

“Tidur di mana?”

“Ya, tidur di tempat tidur dong!”

“Adik saya tidur juga?”

“Iya! tidurkan dulu adiknya, baru Ade tidur sama Kakak… Gimana?”

“Hmmm… Nggak apa-apa ya, Kak? Saya tidur di sini..!?”

“Lho… itukan permintaan Kakak! kalau Ade mau, Kakak akan berikan uang dan makanan lagi…”

“Iya, Kak! saya mau….!”

Gadis kecil ini terlihat polos dan bodoh. Iya tidak sadar bahwa aku hanya ingin menikmati keperawanannya. Gadis kecil itu kemudian membawa adiknya ke kamar yang telah ku tunjukkan lagi dengan tenang ia berusaha untuk membuat adiknya tertidur. Sementara itu, aku merasa sangat senang dengan terpenuhinya keinginanku, meskipun dengan sedikit bayaran uang dan makanan. Tapi itu tidak begitu masalah, karena ku yakin, Gadis ini juga tidak terbiasa memegang uang yang cukup besar.

Situasi di kontrakakn juga sangat mendukung. Sementara gadis kecil itu menidurkan adiknya, aku mempersiapkan tempat. Pindu depan rumah ku kunci, gorden jendela ku tutup, dan ku siapkan musik di Mp3 player untuk menyelubungi suara-suara yang mungkin akan ada saat proses pelepasan keperawanan terjadi.

*************

Tak seberapa lama, Gadis kecil itu keluar dari kamar dan menemuiku di kamar mandi yang masih berusaha menyelesaikan cucianku yang menumpuk secepatnya. Gadis kecil itu berdiri di belakangku dan memanggilku.

“Ka! Adik saya sudah tidur… Kakak juga mau tidur sekarang?” Aku langsung menoleh mendengar panggilan itu dan ku lihat sesosok tubuh mungil dengan benjolan payudara kecil tanpa BH di dadanya. Pakaian lusuh dan kotor ku pikir akan mengganggu kenikmatan bercinta, oleh sebab itu ku katakan padanya:

“Ade! lepaskan dulu pakaian Ade dulu…!”

“Iya, Kak!” tanpa berpikir macam-macam, gadis kecil itu melucuti pakaiannya dan terlihatlah bagian selangkangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu kecil dan halus, sangat menggoda dan merangsang. Pinggulnya memang belum terlalu lebar seperti wanita dewasa, tetapi itu tidak terlalu penting bagi saat itu.

Tanpa berpikir panjang, aku juga melepaskan pakaianku dan ku ajak gadis kecil itu untuk mandi dulu sebelum tidur. Saat itulah ku  minta dia untuk mengulum batang penisku yang sudah sangat tegang. Lalu ku minta izin untuk mencium dan menjilati belahan pada selangkangannya. Gadis polos ini tanpa bertanya dan berpikir macam-macam, hanya menurut saja apa yang ku minta. Ia mengangkat sebelah kakinya dan membiarkanku menjilati belahan vagian kecilnya.

“Ka! geli, Ka!” katanya…

“Jangan dirasakan gelinya. Rasanya sentuhannya saja… ! karena kakak tidak ingin menggelitiki Ade, tapi memberi Ade kenikmatan….” Jawabku. Mendengar itu, ia menurunkan kakinya, sehingga membuatku terpaksa menghentikan permainan lidahku di selangkangannya.

“Ka! kenikmatan apa, Ka?” begitu pertanyaan bodoh yang terucap dari bibirnya.

“Setelah kita selesai mandi, Kakak akan jelaskan!” jawabku sambil menghentikan bath-love lebih cepat dari waktu yang seharusnya.

Selesai mandi, ku keringkan tubuhku dan tubuh gadis kecil itu dengan handuk, lalu ku bimbing dia ke kamarku. Ku buka laptopku dan ku buka salah satu file video yang ku download dari berbagai situs porno di internet. Ku pilih sebuah file yang ke beri nama “12 Year Old Virginity Defloration” (memetik keperawanan Gadis 12 tahun). Sebelum ku buka file tersebut, ku coba untuk mengajukan pertanyaan padanya:

“Berapa usia Ade sekarang?”

“13 tahun”

“Perhatikan film ini! usianya satu tahun lebih muda dari Ade…”

Dengan Double click pada file tersebut, maka tayanglah sebuah video yang diawali dengan percakapan antara seorang pria dewasa dan si gadis 12 tahun tersebut. Percakapan itu berakhir dengan kegiatan melepaskan pakaian si gadis oleh pria dewasa tersebut, lalu si gadis di baringkan di sisi tempat tidur dan si pria menjilati vagina si gadis yang telah terbaring dengan kaki mengangkang.

Ku lihat Gadis kecil yang ada bersamaku memperhatikan vido tersebut dengan seksama sambil tangannya menyentuh permukaan vaginanya. Keningnya berkerut, sepertinya ada beberapa pertanyaan dalam pikirannya yang memerlukan mungkin jawabannya ada pada akhir video. Ku biarkan dia menikmati video porno yang ku putar di laptopku sampai pada adegan di mana si gadis menggeliat-geliat karena vaginanya terus dijilati oleh si pria.

Tiba-tiba dia menatapku, lalu berkata:

“Kakak ingin melakukan itu terhadapku?”

“Sejujurnya… Iya!”

“Enak ya, Kak?”

“Nikmatnya membuat ketagihan….” jawabku, sambil membiarkan dia terus memperhatikan adegan demi adegan dalam video tersebut. Sampai akhirnya pada adegan di mana si pria mulai memasukkan batang penisnya ke lobang kecil di antara belahan vagina si gadis yang sedang mengangkang itu… :lol:

“iiih..!” begitulah ekspresinya ketika melihat penis besar si pria memaksa masuk ke lobang vagian si gadis.

“Besar sekali…! Kok bisa ya..!?” Ia memegang bagian bawah selangkangannya dan menatap ke bawah pada bagian yang ia sentuh. Mungkin ia membandingkan bahwa apakah lobang kecil vagina miliknya mampu dimasuki oleh sebuah batang penis yang besar. Ia kemudian menatap ke arah penisku yang memang sudah sangat tegang. Sambil menatap mataku, ia berkata:

“Ka! Apa itu tidak sakit…!!?”

“ya! itu akan terasa sakit, jika Ade berpikir itu akan sakit…”

“Terus…!!? supaya tidak sakit bagaimana..!!?”

“Supaya tidk sakit, Ade harus menikmati pemanasannya….! Kalau Ade menikmati, maka lobang Ade itu akan basah… dan punya Kakak akan mudah saja masuk…”

“Hmmmm……!” begitu ekspresinya sambil mengangguk dan kembali memperhatikan adegan pada video yang ku putar di laptopku.

Beberapa menit kemudian, si pria mengeluarkan batang penisnya dari lobang vagina si gadis, dan menyemprotkan air ental di permukaan perut dan dada si gadis.

“Iiih…! Apa itu, Ka?” Begitunya pertanyaan si gadis polos telanjang yang ada di sampingku.

“Air itu namanya sperma…”

“Sperma? apa bedanya dengan air kencing?”

“Beda, dong! Sperma itu seharusnya tidak dikeluarkan seperti itu, tetapi di masukkan ke dalam Ade…”

“Kenapa begitu, Kak?”

“Ade pasti tidak mengerti, untuk apa orang kawin…”

“Kenapa, Kak?”

“Ya! untuk memasukkan sperma itu ke dalam lobang pipis istrinya…!”

“Untuk apa, Ka?”

“Ya! Sperma itulah yang membuat wanita hamil….”

Dia mengangguk, pertanda bahwa dia mengerti tentang apa yang ku jelaskan. Kepolosan dan kebodohan gadis kecil ini membuatku sangat ingin cepat-cepat merenggut keperawanannya. Lalu ku ambil tangannya yang dari tadi menutup selangkangannya dan ku letakkan ke batang penisku.

“Ka! Apakah saya akan hamil…?”

“Ade sudah pernah datang bulan..!?”

“Belum, Ka!”

“Kalau begitu, Tenang saja! Ade tidak akan hamil….”

Tanpa banyak bicara lagi ku baringkan dia di tempat tidur di mana di situ juga adiknya terlelap dalam tidur dengan perut yang telah kenyang. Tubuh gadis kecil itu ku baringkan dengan selangkangan yang mengangkang tepat di sisi tempat tidur. Aku kemudian duduk di lantai dan belahan vaginanya tepat berada di hadapan wajahku. Lalu langsung saja ku mulai aksiku menciumi dan menjilati belahan yang masih sangat rapat dan ditumbuhi oleh bulu-bulu kecil itu.

Pada awalnya, Gadis kecil itu merasa geli, tapi semakin lama ku mainkan lidahku di belahan vaginaya, dia sepertinya telah dapat merasakan letak kenikmatannya. Dari bibirnya mulai terdengar rintihan-rintihan dan desahan yang sangat menggoda. Sementara itu belahan vaginanya yang kecil itu juga mulai terasa basah, pertanda bahwa ia telah terangsang dan lobang vaginanya telah siap untuk dimasuki benda tumpul dan keras bernama penis.

Gadis 12 Tahun (Defloration) - PerawanTanpa banyak pikir, aku berdiri di sisi tempat tidur dan kepala penisku ku arahkan dan ku tempelkan di permukaan belahan vaginanya. Dengan perlahan ku coba untuk menekan penisku masuk ke sela-sela belahan yang rapat itu, dengan di bantu jari-jariku untuk membuka bibir luar vaginanya. Tak perlu waktu lama, aku telah berhasil memaksa kepala penisku masuk di lobang yang ternyata sangat sempit itu. tetapi karena pelumas di lobang vaginanya yang sudah cukup banyak membuatku tidak terlalu kesulitan untuk terus menerobos masuk hingga ujung liang senggamanya.

Dalam waktu beberapa menit, batang penisku telah amblas dalam lobang vaginanya yang sangat basah itu. Ku diamkan untuk beberapa saat, lalu ku muali aksiku dengan perlaham menarik batang penisku keluar dan menekannya masuk lagi. Desahan-desahan kecil tak henti menghiasi bibir gadis kecil itu. Matanya terpejam merasakan kenikmatan yang mungkin tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Dorongan birahi yang cukup besar membuatku tak kuat untuk terus bermain secara pelan. Sedikit demi sedikit ku percepat tempo permainanku, dan tak seberapa lama ku rasakan lobang vaginanya seakan meremas keras batang penisku yang masih amblas dalam vaginanya. Aku hanya berpikir, Gadis kecil itu telah mendapatkan orgasme pertamanya.

Aku terus menggenjot lobang kecil di selangkangan Gadis kecil itu, dan tak seberapa lama kembali ku rasakan tubuhnya mengejang dan dinding vaginanya meremas erat batang penisku yang masih tertaman dalam liang vaginanya. Hal tersebut terjadi berkali-kali sampai akhirnya ku hentikan permainan dengan menyemprotkan spermaku dalam lobang vaginanya. Batang penisku yang tertanjap di vaginanya sampai batas pangkal, secara perlahan mulai melemas dan menyusut, lalu ku keluarkan dari lobang kecil itu. Tak sempat aku memberikan pujian padanya atas sensasi kenikmatan yang ku dapat dari lobang vagina kecilnya, dia telah lebih dulu berkata:

“Nikmat sekali ya, Ka!” Aku hanya tersenyum mendengar kata-katanya itu, lalu ku bisikkan padanya:

“Istirahat lah sebentar! Kakak akan keluar sebentar membeli makanan. Setelah itu, kita akan melakukannya lagi…”

*************

Sepulang aku dari berbelanja sedikit makanan ringan, aku kembali melakukan hubungan seks dengan gadis kecil anak pengemis itu. Tetapi kali ini, aku mencoba gaya lain, di mana kali ini dia yang di atas, menggoyangkan pantatnya dan menari-nari di atas tubuhku dengan penis tertancap di lobang vaginanya. Aku merasakan lobang vaginanya sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penisku. Aku juga dapat merasakan betapa dia telah dapat menikmati setiap gesekan batang penisku di dinding vaginanya yang banjir oleh cairan vagina.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel